Kamis, 23 Februari 2012

Perkembangan Vespa Kombinasi Dua Warna


Setelah Douglas secara resmi (versi pabrikan) mengeluarkan Sportique Supreme yang merupakan generasi awal Vespa kombinasi dua warna, inovasi pabrikan dalam menyuguhkan pilihan warna seakan berhenti di tahun 1963. Karena sejak saat itu selain pengembangan dua warna lebih dilakukan pada tingkat distributor yang mengarah pada custom sesuai dengan pesanan juga pada akhirnya kembali kepada skuteris lagi.
Eddy Grimsteads di Barking Road, Woodford Scooters dan Scoot-a-long di Old Kend Road London merupakan outlet-outlet tingkat distributor yang menyediakan kombinasi dua warna versi asli maupun pesanan. Dimana salah satu produknya adalah Vespa Hurricane yang sekelas dengan Vespa Super Sport made in Italy, hanya dengan menambah £ 10 dari harga resminya pada masa itu, pembeli diberikan pilihan dua warna untuk Vespa Hurricane yang berkekuatan 180cc.  Pada tingkat skuteris inovasi terhadap kombinasi warna berkembang lebih liar lagi dan tidak terbatas hanya di Inggris saja.
Di negeri tercinta kita yang merupakan salah satu pasar skuter jenis Vespa sejak tahun 1960’an, pengembangan Vespa dua warna lebih didominasi oleh para skuteris sendiri. Hal ini mengingat distributor Vespa pada masa itu lebih bersifat konservatif dalam memberikan warna apa adanya sesuai dengan Piaggio Italy. Pengembangan dalam aplikasi warna yang dilakukan skuteris negeri tercinta sudah tidak lagi terbatas hanya pada dua pilihan.

Tidak jarang dalam acara-acara skuter maupun di jalan-jalan terdapat Vespa yang dicat “warna-warni” hingga lebih dari dua warna atau bahkan ada yang tidak dicat sama sekali. Alasan yang sangat subyektif merupakan hal yang sering ditemukan apabila mereka ditanya mengenai Vespanya yang berwarna-warni. Dimana kebanyakan berpendapat bahwa aplikasi dua warna atau lebih adalah agar scooternya dapat terlihat dengan nyata diantara kerumunan scooter lainnya. Dilain pihak aplikasi dua warna atau lebih juga dapat dijadikan identitas jelas pemilikinya saat di jalan.
Oleh: Bambang Subiyantoyo

Senin, 20 Februari 2012

Nenek 50 Tahun Keliling Indonesia dengan Vespa


Seorang nenek 4 orang cucu mewujudkan rasa kecintaan pada negeri ini dengan cara yang tak kalah heboh. Mengandalkan sebuah skuter Vespa keluaran tahun 70-an, Mimin Weliana melakukan perjalanan mengunjungi seluruh pelosok Indonesia saat usianya 50 tahun pada 2004 lalu.
Mantan pembalap wanita nasional tahun 70-an ini, mengendarai Vespanya melintasi daerah-daerah di pulau Jawa, Sumatera hingga Papua. Biker wanita ini ingin membuktikan bahwa masih ada Kartini yang juga mampu melakukan hal yang umumnya hanya dilakukan kaum pria. Mulai dari bergabung dengan klub motor, mengutak-atik motor hingga touring motor jarak jauh.

Bahkan saat wilayah Aceh masih bergolak, Mimin nekat melakukan perjalanan dengan Vespanya mengunjungi daerah konflik itu membawa misi perdamaian. Sebuah kenekatan yang sempat membuatnya hampir menemui petaka. Saat akan istirahat karena mesin mogok dan kelelahan, Mimin memutuskan untuk pergi ke salah satu pos polisi terdekat. "Justru disitulah ketololan saya, karena menghampiri pos dengan helm masih menutupi kepala saat gelap, saya hampir saja ditembak oleh aparat yang sedang berjaga di situ. Saya teriak, jangan tembak pak, saya wanita. Untunglah mereka tidak langsung menembak, justru mereka tahu saya dari TV yang menyiarkan perjalanan saya" kekeh Mimin mengenang saat itu.

Sukses mengelilingi Indonesia, pada 2005 Mimin meningkatkan daerah jelajahnya dengan Vespa ke sejumlah negara ASEAN. Malaysia, Singapura dan Thailand berhasil dikunjunginya dengan skuter kesayangannya selama beberapa minggu. Kini Mimin masih memiliki obsesi untuk membawa Vespanya menyeberang benua, untuk membuat rekor dan mengabadikan nama Indonesia di Saudi Arabia tujuan kunjungan ibadah agama. -VRTEAM & Kick Andy -

CoPas  :http://vesparecord.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=32:nenek-50-tahun-keliling-indonesia-dengan-vespa&Itemid=119

Senin, 13 Februari 2012

Hujan di Riau

    Dikala cahaya mentari bersinar kuning kemerah-merahan muncul di ufuk pagi.  Pagi hari ku disambut oleh nyanyian burung-burung yang berada di pohon belimbing dekat jendela kamar. Saat itu juga ku sudah siap dengan barang bawaan ku. Memang di hari ini aku akan meninggalkan kota ku sementara waktu, untuk pergi ke Riau dalam misi pertandingan POPNAS. Memang hal ini yang ku tunggu dari dulu. Dapat merasakan atmosfir pertandingan yang lebih tinggi. Tersadarkan dari lamunan ini sejenak. Ku cepat-cepat untuk menuju bandara Juanda.
Ramainya bandara Juanda saat akhir pekan. Di selingi lalu-lalang kendaraan yang hilir mudik menurunkan penumpang. Cuaca surabaya yang panas di tambah asap kendaraan bermotor di sekitar bandara membuat tubuh berkeringat ini,, tidak menyurutkan niat ku untuk mencari temen-teman dari kontingen Jatim lainnya. Tak lama berselang kubertemu dengan mereka. Banyak sebagian dari mereka yang tak ku kenal. Keadaan ini menuntut kami untuk saling berkenalan dan mengenal lebih jauh.
Di pojok ruang tunggu terdapat jam yang tak lepas dari pandangan ku tiap detiknya.  Terasa jarum jam itu tak bergerak, meskipun pada faktanya jarum itu tetap bergerak. Jam tetap menunjukan pukul 12.00 kurang, tigapuluh menit lagi menuju pemberangkatan pesawat.
Berjalannya waktu mengantarkan aku untuk transit di Bandara Sukarno Hatta. Tak lama menunggu perjalanan di lanjutkan menuju Riau.
Mendekati bandara Riau, Langit yang tampak barwarna putih berubah menjadi hitam pekat. Pramugari menginformasikan pada penumpang bahwa cuaca sedang tak bersahabat. Tak banyak yang terlintas di fikiran ku, hanya berharap perjalanan kami lancar dan sampai di Riau.
Hujan masih begitu deras terlihat dari kaca samping pesawat. Decitan roda pesawat diselingi suara air hujan mengantarkan kami tiba di bandara Riau.
Memasuki hotel kami cepat-cepat melepas lelah. Beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga yang terkuras di perjalanan tadi. Hari terus berjalan tak terasa hari pertempuran ku di depan mata. Siap tak siap ku harus berusaha sekuat tenaga untuk meraih yang terbaik di hari itu.
Matahari tampaknya enggan menerangi kota Pekanbaru Riau. Lukisan gumpalan awan-awan hitam menjadi penghias langit kota ini. Suasana dingin menjadi pelengkap di pertandingan. Wasit sudah memberikan aba-aba memulai pertandingan. Banyak teman-teman Jatim memberikan suntikan semangat untuk ku. Tetapi ak telah mengecewakan mereka. Maaf Aku masuk garis finish pada urutan ke lima. Batin ini mengatakan aku Pulang membawa kekecewaan. Di benak ini ak harus tetap berfikir positif untuk kekalahan yang terjadi.