Senin, 13 Februari 2012

Hujan di Riau

    Dikala cahaya mentari bersinar kuning kemerah-merahan muncul di ufuk pagi.  Pagi hari ku disambut oleh nyanyian burung-burung yang berada di pohon belimbing dekat jendela kamar. Saat itu juga ku sudah siap dengan barang bawaan ku. Memang di hari ini aku akan meninggalkan kota ku sementara waktu, untuk pergi ke Riau dalam misi pertandingan POPNAS. Memang hal ini yang ku tunggu dari dulu. Dapat merasakan atmosfir pertandingan yang lebih tinggi. Tersadarkan dari lamunan ini sejenak. Ku cepat-cepat untuk menuju bandara Juanda.
Ramainya bandara Juanda saat akhir pekan. Di selingi lalu-lalang kendaraan yang hilir mudik menurunkan penumpang. Cuaca surabaya yang panas di tambah asap kendaraan bermotor di sekitar bandara membuat tubuh berkeringat ini,, tidak menyurutkan niat ku untuk mencari temen-teman dari kontingen Jatim lainnya. Tak lama berselang kubertemu dengan mereka. Banyak sebagian dari mereka yang tak ku kenal. Keadaan ini menuntut kami untuk saling berkenalan dan mengenal lebih jauh.
Di pojok ruang tunggu terdapat jam yang tak lepas dari pandangan ku tiap detiknya.  Terasa jarum jam itu tak bergerak, meskipun pada faktanya jarum itu tetap bergerak. Jam tetap menunjukan pukul 12.00 kurang, tigapuluh menit lagi menuju pemberangkatan pesawat.
Berjalannya waktu mengantarkan aku untuk transit di Bandara Sukarno Hatta. Tak lama menunggu perjalanan di lanjutkan menuju Riau.
Mendekati bandara Riau, Langit yang tampak barwarna putih berubah menjadi hitam pekat. Pramugari menginformasikan pada penumpang bahwa cuaca sedang tak bersahabat. Tak banyak yang terlintas di fikiran ku, hanya berharap perjalanan kami lancar dan sampai di Riau.
Hujan masih begitu deras terlihat dari kaca samping pesawat. Decitan roda pesawat diselingi suara air hujan mengantarkan kami tiba di bandara Riau.
Memasuki hotel kami cepat-cepat melepas lelah. Beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga yang terkuras di perjalanan tadi. Hari terus berjalan tak terasa hari pertempuran ku di depan mata. Siap tak siap ku harus berusaha sekuat tenaga untuk meraih yang terbaik di hari itu.
Matahari tampaknya enggan menerangi kota Pekanbaru Riau. Lukisan gumpalan awan-awan hitam menjadi penghias langit kota ini. Suasana dingin menjadi pelengkap di pertandingan. Wasit sudah memberikan aba-aba memulai pertandingan. Banyak teman-teman Jatim memberikan suntikan semangat untuk ku. Tetapi ak telah mengecewakan mereka. Maaf Aku masuk garis finish pada urutan ke lima. Batin ini mengatakan aku Pulang membawa kekecewaan. Di benak ini ak harus tetap berfikir positif untuk kekalahan yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar